Media cetak dan onlaine tigapilarpos id
Ratusan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dari berbagai madrasah di wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan antusias mengikuti **Pelatihan Terapi Shalat Bahagia Batch 7**, yang digelar oleh **KKG-MGMP Rumpun PAI Madrasah Provinsi Jawa Timur**. Kegiatan ini menjadi bagian dari program **Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM)** dan **KATA SIGURU (Peningkatan Kompetensi Guru)**.
Pelatihan dilaksanakan pada **Kamis, 13 November 2025**, mulai pukul 07.00 hingga 14.00 WIB di **MAN 1 Pasuruan**, Jalan Balai Desa Glanggang 3A, Beji, Kabupaten Pasuruan.
Dengan mengusung tema *“Peningkatan Integritas dan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan Terapi Shalat Bahagia,”* kegiatan ini menghadirkan **Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag.** sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, beliau menekankan pentingnya membangun profesionalisme guru yang berlandaskan kebahagiaan spiritual. Menurutnya, guru yang merasakan kedamaian dalam ibadah akan lebih mudah menebarkan energi positif dan semangat belajar kepada peserta didiknya.
**Dr. H. Sugiyo, M.Pd.**, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, dalam arahannya menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Kementerian Agama dalam memperkuat karakter, integritas, dan keseimbangan spiritual guru madrasah. “Guru yang bahagia dan memiliki ketenangan batin akan mampu melahirkan generasi yang berakhlakul karimah,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, **H. Bustanul Arifin, M.Pd.**, Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Pasuruan, juga memberikan sambutan hangat dan apresiasi kepada panitia pelaksana. Ia menekankan bahwa **shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga sarana terapi bagi jiwa yang ingin mencapai kebahagiaan dan kedamaian sejati.**
“Shalat memiliki dimensi spiritual, sosial, dan psikologis yang luar biasa. Jika ibadah ini dilakukan dengan benar, maka akan membentuk pribadi yang tenang, ikhlas, dan berintegritas,” tuturnya.
Beliau menambahkan, *“Shalat merupakan tolok ukur utama amal seorang hamba. Jika shalatnya baik, maka seluruh amalnya juga akan baik. Sebaliknya, bila shalatnya rusak, maka amal lainnya pun akan ikut rusak.”*
Melalui pelatihan ini, lanjutnya, para guru diharapkan tidak hanya memahami makna shalat secara teoritis, tetapi juga mampu mengimplementasikan nilai-nilai keikhlasan, kedisiplinan, dan kebahagiaan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
“Shalat adalah hadiah dari Allah SWT, bukan beban. Ia menjadi sumber energi ruhani dan perisai dari berbagai bentuk kemaksiatan,” tambah H. Bustanul dalam sambutan penutupnya.
Kegiatan ini diakhiri dengan doa bersama dan sesi refleksi batin, di mana para peserta diajak merenungi kembali hakikat shalat sebagai sumber ketenangan dan kebahagiaan. Harapannya, nilai-nilai yang diperoleh dari pelatihan ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di madrasah, sehingga tercipta ekosistem pendidikan yang penuh kedamaian dan keberkahan
Doc humas

